Gerabah khas Bayat memiliki ciri khas yang berbeda jika dibandingkan dengan yang berasal dari daerah lain, terutama yakni
- Teknik putaran miring saat pembuatannya
- Gerabah khas Bayat juga memiliki warna coklat polos, dan tidak menggunakan sentuhan warna-warni lainnya.
- Produksi
gerabah dengan pola batik. Beberapa vas bunga, atau seperangkat meja
dan bangku, diberi sentuhan pola batik yang unik dan menarik sehingga
kerajinan yang dihasilkan dapat merambah pasar internasional antara lain
ke Kanada, Spanyol, Jepang, dan juga Belanda. Gerabah yang ia ekspor
itu memang tak lepas dari nama besar gerabah Bayat, yang memang sudah
terkenal dan banyak diminati oleh orang asing
- Gerabah
Bayat itu lebih bagus, karena bahan dasarnya adalah tanah dari
pengunungan, sehingga lebih kuat dan tahan lama, itulah salah satu
alasan mengapa orang banyak yang mencari gerabah Bayat “
Desa
yang menjadi sentra industri kerajinan gerabah dan keramik di Kota
Bersinar ini sudah berumur ratusan tahun silam, hingga kini usaha
kerajinan gerabah masih mampu bertahan dan tumbuh berkembang. Aneka
kerajinan gerabah dan keramik diantaranya, pot bunga, gentong, piring,
dan peralatan rumah tangga lainnya. Harganya sangat beragam, mulai dari
puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Guna mengikuti perkembangan
jaman, para pengrajin di desa mulai melakukan berbagai inovasi baru
untuk menghasilkan karya yang mempunyai nilai seni tinggi.
Teknik putaran miring ini salah satu unggulan cara pembuatan gerabah di perajin bayat . Teknik pembuatan gerabah dengan cetakan miring
ternyata menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk seorang peneliti
asal Jepang, yakni Profesor Chitaru Kawasaki. Peneliti keramik Jepang
ini sempat melakukan penelitian lebih dalam mengenai teknik cetakan
miring Bayat ini.Saking sukanya ia dengan teknik cetak miring ini,
peneliti tersebut sempat memberikan bantuan pembangunan gedung
Laboratorium Pusat Pelestarian Budaya Keramik Putaran Miring Melikan.
Teknik putaran miring ini teknik pembuatan gerabah yang hanya
dapat dijumpai di dukuh Pagerjurang dan di desa Melikan secara
keseluruhan sebagai pusat pembuatan gerabah. Teknik pembuatan gerabah
disini tumbuh sejak masa Sunan Bayat, sekitar tahun seribu tujuhratus.
Pengamat sejarah, menjelaskan bahwa teknik miring pembuatan gerabah ini tak lepas dari nilai kebudayaaan,
Penyajian Wedang Susu panas (Tungku kecil,Mug, Cawan, Mangkuk kecil) sumber : http://sofiakeramik.blogspot.co.id/ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah mengunjungi blog kami, komentar yang sopan sangat kami hargai